Sunday, 21 August 2011

Spread the WORDs: IMAN part 1


God Almighty says in the Holy Quran: "By Time, Indeed, mankind is in loss, Except for those who have believed and done righteous deeds and advised each other to truth and advised each other to patience." (Demi Masa! Sesungguhnya manusia itu dalam kerugian Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal soleh, dan mereka pula berpesan-pesan dengan kebenaran serta berpesan-pesan dengan sabar. (Surah 103 'Al-Asr: verse 1-3)


Spread the WORD: Kesempurnaan Iman

Firman Allah Taala: Mereka itu bersegera untuk mendapat kebaikan-kebaikan, dan merekalah orang-orang yang segera memperolehnya. (QS Al-Mu'minun, 23: 61)
23:61
Kata sifat kamil dalam bahasa Arab berarti sempurna, murni, dan lengkap. “Iman yang sempurna” (kamil iman) yang dibahas Article ini mewakili tingkat tertinggi kedewasaan dan kedalaman iman yang dapat dicapai seseorang. Namun, bagaimana iman seorang mukmin tumbuh matang dan menjadi sempurna?

“Beriman kepada Allah” adalah meresapi bahwa Allah Ialah Pencipta dan Pemilik tunggal segala sesuatu dan bahwa Dia satu-satunya Pengadil. Itulah kepasrahan seseorang kepada Allah pada setiap saat kehidupannya; itulah menyadari bahwa manusia memer-lukanNya, bahwa Allah kaya tanpa memerlukankan, dan bahwa Dia menciptakan semua makhluk menurut suatu takdir tertentu.

“Kepasrahan kepada Allah” menjadi mungkin hanya lewat memiliki ketakutan besar kepada Allah, terikat erat kepadaNya dan mencintaiNya melebihi apa pun atau siapa pun. Orang yang memasrah diri kepada Allah, dalam pengertian yang sesungguhnya, mengangkat hanya Allah sebagai tuhan nya.

Sepanjang hidup ia mengetahui bahwa tiap kejadian yang ditemuinya terjadi atas kehendak Allah dan bahwa di balik setiap kejadian itu, ada maksud-maksud ilahiah tertentu. Karena alasan ini, tidak pernah ia menyeleweng dari sikap pasrahnya dan selalu ia tetap taat dan bersyukur kepada Allah.

Untuk meraih iman yang sempurna, orang perlu taat sebenar-benarnya mengikuti perintah-perintah Qur'an, wahyu Allah cepat mana Dia memperkenalkan diriNya dan menyampaikan perintah kepada hamba-hambaNya. Karena alasan ini, mukmin mem-berikan perhatian sepenuh-penuhnya dalam mematuhi batasan-batasan Allah hingga hari ia wafat.

Sepanjang hidup ia memperlihatkan sifat-sifat mukmin sejati tanpa lari dari kesabaran. Ketabahan yang ditunjukkan orang yang beriman sempurna dalam hidup dengan nilai-nilai Qur'an merupakan suatu sifat yang sangat penting dan khusus.

Sebab, dengan sifat inilah orang yang beriman sempurna mengungguli orang-orang lain dalam upaya berbuat kebajikan. Qur'an juga merujuk ke mereka, Firman Allah Ta'ala: “yang lebih dahulu berbuat kebaikan” (QS Fathir, 35: 32) 

35:32
.
Firman Allah Taala: Kemudian Kami jadikan Al-Quran itu diwarisi oleh orang-orang yang Kami pilih dari kalangan hamba-hamba Kami; maka di antara mereka ada yang berlaku zalim kepada dirinya sendiri (dengan tidak mengindahkan ajaran Al-Quran), dan di antaranya ada yang bersikap sederhana, dan di antaranya pula ada yang mendahului (orang lain) dalam berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu ialah limpah kurnia yang besar (dari Allah semata-mata). (Surah 35 'Fatir: Ayat 32)

Dalam upaya memperoleh  redha Allah. Akan tetapi, Qur'an juga merujuk ke mereka yang tidak sepenuhnya hidup berdasarkan agama:  “Dan di antara manusia ada orang yang menyembah Allah dengan berada di tepi . . .” (Surah 22 'Al-Hajj: Ayat 11)


22:11
.
Firman Allah Taala: Dan ada di antara manusia yang menyembah Allah dengan sikap dan pendirian yang tidak tetap, iaitu jika ia beroleh kebaikan, senanglah hatinya dengan keadaan itu; dan jika pula ia ditimpa fitnah kesusahan, berbaliklah ia semula (kepada kekufurannya). (Dengan sikapnya itu) rugilah ia akan dunia dan akhirat, itulah kerugian yang terang nyata. (Surah 22 'Al ‘Haj: Ayat 11)

Di sini nampak ciri khas iman yang sempurna. Mereka yang tidak memeluk keimanan sepenuh hati memuja Allah tepat di “tepi terpinggir”, sementara orang-orang beriman sempurna mengambil Qur'an sebagai panduan penting bagi diri di setiap saat kehidupan.

Sementara mereka yang tidak tulus menuntut syarat-syarat tertentu demi menjaga keimanan, mereka yang beriman sempurna sungguh tanpa syarat dalam ketaatannya.

Kelompok pertama tetap mengabdi pada agama dan berpura-pura memperlihatkan nilai-nilai yang dipuji oleh Qur'an sepanjang mereka merasakan nikmat-nikmat yang dianugerahkan kepada mereka dan semua berjalan sesuai dengan keinginan mereka.

Namun, bila saja kehilangan nikmat atau musibah menimpa, mereka segera berpaling dari atau menunjukkan ketidaktaatan pada agama. Akan tetapi, orang yang beriman sempurna menunjukkan tekad yang tak tergoyahkan pada iman dan kesetiaan mereka.

Daya pendorong dasar di balik tekad ini adalah “iman yang terjaga” mereka. “Iman yang terjaga” adalah pengakuan sebenar-benarnya keberadaan Allah dan hari kemudian dengan kearifan, hati dan nurani. Mukmin yang memiliki sifat bawaan ini dilukiskan dalam Qur'an sebagai “mereka yang beriman kepada Kitab (Al-Qur'an) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat.” (Surah 2 'Al-Baqarah: Ayat 4)

2:4
.
Iman yang sempurna mewujud diri melalui terus-menerus memperhatikan nurani seseorang. Nurani adalah sifat kejiwaan yang membangkitkan sikap baik dan pikiran terpuji, dan membantu manusia berpikir lurus dan membedakan yang benar dari yang salah.

Seorang yang beriman sempurna menyimak suara nuraninya dalam keadaan apa pun. Kecenderungan sedemikian memastikan akhlak dan sikap yang sejalan dengan Qur'an.

Nabi Muhammad Sallalla hu Alayhi was Sallam menunjukkan pentingnya nurani dengan cara berikut:

Seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah Sallalla-hu-Alayhi-was-Sallam: Apakah iman itu? Beliau menjawab: Ketika perbuatan baik menjadi sumber kebahagiaan bagimu dan perbuatan jahat menjadi sumber kejijikan bagimu, maka engkau mukmin. Lelaki itu lalu menanyai Rasulullah Sallalla-hu-Alayhi-was-Sallam: Apakah dosa itu? Untuk mana beliau menjawab: Ketika sesuatu mengganggu nuranimu, hentikanlah. (Ahmad)

Dari pilihan-pilihan yang dihadapinya, mukmin memilih sikap dengan mana, ia ber-harap, Allah akan redha. Ia tidak pernah menyerah kepada hawa nafsunya. Kesulitan-kesulitan yang dihadapinya selagi menunjukkan sikap mulia ini tidak membuatnya merasa kecewa. Ia tidak mengorbankan sikap yang paling patut karena dikuasai oleh keinginan sesaat dan hasrat nafsunya.

Sebuah contoh dari kehidupan sehari-hari akan membuat jelas hal ini. Mari kita beranggapan bahwa sebuah gudang besar sedang terbakar. Dikepung oleh musibah seperti itu, si pemilik gudang dihadapkan kepada banyak pilihan. Ia boleh juga, misal-nya, tinggal di dalam dan, dengan menggerakkan para pekerjanya, berjuang mema-damkan api. Jalan lain adalah meninggalkan gedung dan menyelamatkan diri sendiri tanpa memberitahu para pekerjanya. Atau, ia boleh juga melakukan segalanya untuk menyelamatkan semua pekerja sambil memanggil  pemadam kebakaran.

Semua pilihan ini akan nampak beralasan dari sudut pandang yang berbeda-beda. Akan tetapi, nurani membimbing orang ini ke pilihan yang akan paling menyenangkan Allah. Iman yang sempurna adalah iman seseorang yang tanpa syarat menganggap bahwa sikap yang paling mulia adalah sikap yang dipandu oleh nuraninya, tanpa merasakan penye-salan atau kekecewaan sekecil apa pun.


God Almighty says in the Holy Quran: "By Time, Indeed, mankind is in loss, Except for those who have believed and done righteous deeds and advised each other to truth and advised each other to patience." (Qur'an Surah 103 'Al-Asr: verse 1-3)


Spread the WORD: PERFECTED FAITH

.
God Almighty says in the Holy Quran: "Such people (the pious) are truly racing towards good deeds, and they outstrip (others) therein." (Surat al-Mu'minun, verse 61)

23:61

The adjective "kamil" in Arabic means perfect, genuine, and complete. The "perfected faith" (kamil iman) discussed in this Article represents the highest level of maturity and depth of faith an individual can ever attain. But how does a believer's faith grow mature and become perfect?

"Having faith in Allah" is to grasp that Allah is the sole Creator and Owner of everything and that He is the only Judge. It is one's submission to Allah at every moment of his life; it is being aware that one is in need of Him, that Allah is rich beyond need and that He creates all things in compliance with a specified destiny.

"Submission to Allah" becomes possible only through having a profound fear of Allah, being deeply attached to Him and loving Him more than anything or anybody else. One who submits himself to Allah, in the real sense, takes Allah alone as his intimate friend.

Throughout his life, he knows that each event he encounters occurs by Allah's will and that behind every one of them there are particular divine purposes. For this reason, he never strays from his submissive attitude and always remains obedient and grateful to Allah.

To attain perfected faith, one needs to comply strictly with the commands of the Qur'an, the revelation of Allah through which He introduces Himself and conveys His commands to His servants. For this reason, a believer pays the utmost attention to observing Allah's limits till the day he dies.

Throughout his life, he displays the qualities of the true believer without departing from patience. The determination a person of perfected faith shows in living by the values of the Qur'an is a very important and distinctive quality. Because, it is with this very quality that a man of perfected faith excels others in his efforts to do good. The Qur'an also refers to those "who become foremost in good deeds" (Surah Fatir, 32)
35:32
.
God Almighty says in the Holy Quran: Then we caused to inherit the Book those We have chosen of Our servants; and among them is he who wrongs himself, and among them is he who is moderate, and among them is he who is foremost in good deeds by permission of Allah . That [inheritance] is what is the great bounty. (Fatir ‘35: verse 32)

In their efforts to earn the approval of Allah. The Qur'an however, refers also to those who do not fully live by religion: "Among the people there are those who profess to worship Allah, but who stand on the very fringe of true religion . . ." (Surat al-Hajj, 11)

22:11
God Almighty says in the Holy Quran: And of the people is he who worships Allah on an edge. If he is touched by good, he is reassured by it; but if he is struck by trial, he turns on his face [to the other direction]. He has lost [this] world and the Hereafter. That is what is the manifest loss. (Surah Al ‘Haj ’22: verse 11)

Here appears the distinctive feature of perfected faith. Those who do not embrace faith wholeheartedly worship Allah right on the "very fringe" while the people of perfected faith adopt the Qur'an as an essential guide for themselves at every moment of their lives. While insincere people stipulate certain conditions for keeping their faith, people of perfected faith are truly unconditional in their observances.

The former group remain devoted to the religion and pretend to display the values praised by the Qur'an as long as they enjoy the blessings given to them and everything goes their way. Yet, whenever they are deprived of blessings or adversity befalls them, they simply turn away from religion or show disloyalty to it. The people of perfected faith, however, show an unshakable commitment to their faith and loyalty.

The basic impetus behind this commitment is their "assured faith." "Assured faith" is true acknowledgement of Allah's existence and the hereafter with one's wisdom, heart and conscience. Believers who possess this character trait are described in the Qur'an as:  

2:4


.
God Almighty says in the Holy Quran: And who believe in what has been revealed to you, and what was revealed before you, and of the Hereafter they are certain (in faith). (Surah Al ‘Baqarah, 2: verse 4)

Perfected faith manifests itself through unceasing attention to one's conscience. Conscience is a spiritual quality that engenders a good attitude and worthy thoughts, and helps man think straight and tell right from wrong. A person of perfected faith listens to the voice of his conscience under all circumstances. Such inclination ensures the morality and attitudes that comply with the Qur'an. The Prophet Muhammad Sallalla-hu-Alayhi-was-Sallam (peace and blessings of God be on him) pointed out the importance of conscience in this way:

A person asked Allah's Messenger Sallalla hu Alayhi was Sallam (peace and blessings of God be on him): What is faith? He said: When a good deed becomes a source of pleasure for you and an evil deed becomes a source of disgust for you, then you are a believer. He again said Allah's Messenger Sallalla hu Alayhi was Sallam: What is a sin? Whereupon he said: When something pricks your conscience, give it up. (Ahmad)

Of the alternatives he encounters, the believer chooses the attitude with which, he hopes, Allah will be pleased. He never stoops to baseness. The difficulties he encounters while displaying the ideal attitude never make him feel frustrated. He does not compromise the most appropriate attitude by being overtaken by the whims and desires of his lower self.

An example from daily life will make this issue clear. Let's assume that a big factory is on fire. Beset with such adversity, the owner of the factory is faced with many alternatives. He may, for instance, remain inside and, mobilizing the workers, struggle to put out the fire. Another course would be to leave the building and save his own life without notifying the workers. Or, he can do everything to save all his workers and meanwhile call the fire department.

All these alternatives may seem reasonable from different points of view. The conscience, however, guides man to the choice that would please Allah most. Perfected faith is the faith of one who unconditionally assumes the most noble attitude to which his conscience guides him, without feeling any trivial regret or disappointment.

JOIN theCLUB If ‘U’ Think ‘U’ Are the 18Group Of People! The GOLDMINE 1WORLD Community Should Render Back the trusts to those to Whom they Due: (@18 Group Of people) Poor People, Orphan, Single Mother, Single Father, Student, Low In Come, Jobless, Disable, Patient, Old Citizen, Prisoner, Bankruptcy, FARMER, Fishermen, RICH People, All RACES, All Country And All Government In theWhole WORLD. theWORLD for free! NewWORLDPrinciple:  ASSETProperty "It's NOT For SALE, It's Not For Bought, It's FREE!:  *House *Car *@Education: College, University. *@ELETRICAL GOODs: Air Con, PC Laptops, Home Theatre. *FURNITURE: Sofa Set, Bed Set, Sauna Bath, Kitchen Cabinet, Dining Table. Vacation: Around the WORLD, Holiday, HAJ, UMRAH, NOW EveryONE CAN Fly, Hotels. *Life Insurance: (Hospital, Funeral, Death, Pension).


SOLUTION: *Poverty Killer *Recession Killer  *Global Peace 
Be the First! JOIN 1WORLDCommunityForYOURCountry
Remember: 'U' Do Not Ask WHY 'U' Ask Why Not'